Pekanbaru, cebernews.co – Jajaran Polda Riau kembali mengungkap jaringan perdagangan organ harimau, 3 pelaku yang membawa dan menyimpan bagian tubuh Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrea) yang sudah mati berhasil diamankan Aparat Kepolisian.Sabtu (15/2/2020).
Organ Harimau Sumatera yang diamankan dari para pelaku tersebut antara lain 1 lembar kulit, 4 taring dan 1 karung berisi tulang-belulang Raja Hutan tersebut yang disimpan dalam plastik dan karung.
Penangkapan dilakukan pada Sabtu (15/2/2020) sekitar pukul 11.00 WIB, di Jalan Arjuna Dusun IV RT 02 RW 91 Kelurahan Candi Rejo, Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
Sebelumnya pada Jumat (14/2/2020) Tim menerima informasi akan ada jual beli bagian tubuh Harimau Sumatera, diketahui ketiga tersangka membawa bagian tubuh Harimau Sumatera itu dari daerah Muara Tebo, Jambi menggunakan mobil Toyota Avanza nopol D-1606-ABK,” ungkap Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi melalui Kabid Humas Kombes Pol Sunarto pada Sabtu (15/2/2020).
Kabid Humas menjelaskan bahwa ketiga tersangka mengaku akan mengantarkan bagian tubuh harimau tersebut kepada seseorang di daerah Air Molek, Inhu.
Ketiga tersangka yang diamankan Aparat Kepolisian ini adalah MN Bin KR (45), warga Desa Balai Rajo, Kecamatan Tujuh Ilir, Tebo, Jambi, RT (57), warga Jorong Koto Baru, Desa Sisawah, Sumpur Kudus, Sijunjung, Sumatera Barat dan AT (43) Desa Seresam, Siberida, Inhu, Riau.
Ketiganya merupakan kurir yang bertugas mengantar kulit dan tulang harimau dari Tebo Jambi oleh eksekutor an. AT (DPO) dengan upah Rp. 2 juta. Selanjutnya akan diserahkan kepada seseorang an. HN (DPO) di Air Molek, Kab. Indragiri Hulu.
“Ketiga tersangka dan barang bukti saat ini diamankan di Mapolda Riau, Pekanbaru guna penyidikan lebih lanjut,” jelas Sunarto.
Maraknya praktek Perdagangan illegal kulit dan organ harimau sumatera ini karena tingginya harga jual organ harimau di pasar gelap, selembar kulit harimau bisa dijual dengan harga sekitar Rp 30 juta – Rp. 80 juta, taring harimau Rp. 500 ribub- Rp. 1 juta per buah dan tulang harimau laku Rp 2 juta per kg di pasar gelap.
Harga tinggi itu disinyalir menjadi alasan para penyelundup untuk nekat melakukan aksi ini, Indonesia sebagai bagian dari dunia internasional akan menghentikan kejahatan penyelundupan satwa tersebut, mengingat satwa itu sudah dalam kategori terancam punah.
“Ini bentuk kejahatan terorganisir dengan sistem terputus antara satu dengan lainnya yang memiliki tugas dan perannya masing-masing, Polda Riau akan terus memerangi dan mengungkap perdagangan illegal ini,” tegasnya.(Rls Hms/rano).