Jakarta – Anggota DPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menuturkan sinema merupakan salah satu bentuk seni yang memiliki kekuatan besar dalam menggambarkan identitas dan ragam budaya bangsa. Perkembangan industri film di Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan ini menjadi peluang untuk menjadikan sinema sebagai wajah budaya bangsa. Dengan memanfaatkan kreativitas, inovasi, dan sumber daya yang ada, sinema Indonesia dapat mencerminkan nilai-nilai, tradisi, dan keragaman yang ada dalam masyarakat, serta membangun citra positif di mata dunia internasional.
“Film adalah jendela budaya. Menjadikan sinema sebagai wajah budaya bangsa adalah bagian dari strategi kebudayaan jangka panjang. Melalui eksplorasi cerita lokal, dukungan terhadap industri dan promosi yang efektif, sinema dapat memainkan peranan penting dalam menggambarkan identitas Indonesia yang beragam,” ujar Bamsoet saat menerima tim Bravo Romeo Production di Jakarta, Rabu (18/6/25).
Tim Bravo Romeo Production hadir antara lain Boy Rano, Shanker RS, Jean Sompie serta Dewi Jane.
Ketua MPR RI ke-15 dan Ketua DPR RI ke-20 ini menuturkan, salah satu langkah penting dalam menjadikan sinema Indonesia sebagai wajah budaya bangsa adalah dengan mendorong produksi film berkualitas yang mengangkat kisah-kisah lokal. Film seperti ‘Tjoet Nja’ Dhien” atau “Laskar Pelangi”, berhasil menarik perhatian penonton tidak hanya karena alur ceritanya yang menyentuh, tetapi juga karena penggambaran karakter yang sesuai dengan konteks sosial Indonesia.
Sejumlah film Indonesia juga berhasil memperoleh penghargaan di luar negeri. Semisal film “Before, Now & Then (Nana)” mendapatkan penghargaan di Berlin International Film Festival tahun 2022, film “Autobiography” di Venice International Film Festival 2022, film “Yuni” di Toronto International Film Festival 2021, film “Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak” di Sitges International Film Festival, Spanyol tahun 2017, serta sejumlah film lainnya.
“Film-film karya anak bangsa tersebut tidak hanya mendapat respon positif dari penonton dalam negeri. Tetapi juga direspon baik di festival-festival internasional yang memperluas jangkauan dan pengakuan sinema Indonesia di arena global. Perlu dukungan dari pemerintah dan industri yang lebih luas agar film-film Indonesia dapat lebih banyak dipentaskan di panggung internasional,” kata Bamsoet.
Ketua Komisi III DPR RI ke-7 dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menambahkan, untuk menjadikan sinema Indonesia sebagai wajah budaya bangsa yang kuat, tantangan masih ada. Diperlukan peningkatan pelatihan bagi para sineas muda, investasi dalam infrastruktur produksi film, serta promosi yang lebih gencar untuk menyebarkan karya-karya sinema Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Selain itu, pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mendukung film nasional harus semakin ditingkatkan, agar film Indonesia tidak hanya diakui sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai cermin identitas dan budaya bangsa.
“Kehadiran platform digital yang kini semakin marak, seperti Netflix, Vidio, Prime Vidio dan Disney+, juga menawarkan peluang baru bagi sinema Indonesia untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Dengan memanfaatkan teknologi, sineas Indonesia dapat memperkenalkan karya mereka secara global dan mendapatkan umpan balik yang berharga dari penonton internasional,” pungkas Bamsoet. (*)